Niat untuk Hipnoterapi
“Selamat pagi pak,” terdengar sapaan seorang ibu paruh baya sesaat setelah saya membukakan pintu ruang tunggu. Bu Melati, sebut saja demikian, datang bersama putranya sesuai dengan perjanjian beberapa hari sebelumnya untuk konseling dan terapi bagi anaknya. Setelah menyapa dan mempersilahkan mengambil tempat duduk, saya menanyakan kesiapan Andi (bukan nama yang sebenarnya) untuk menjalani sesi hipnoterapi. “Andi sudah siap, pak.” Sergap bu Melati, sebelum sempat dijawab oleh anaknya, yang terlihat belum mau merespon pertanyaan saya. Melihat situasi demikian, saya langsung menawarkan kepada ibu Melati untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan saya di ruang terapi. Sementara itu Andi menunggu sambil mengisi intake form sesuai prosedur standar layanan di ruang terapi kami.
Melalui sesi konsultasi awal dengan ibu Melati, saya ingin memastikan kesiapan Andi untuk menjalani sesi hipnterapi pagi ini. Dengan nada pasti dan meyakinkan, ibu Melati mengatakan bahwa Andi telah siap untuk mengatasi masalahnya dengan hipnoterapi. Seperti sebelumnya, ibu Melati menegaskan ulang bahwa Andi, putra sulungnya ini sering bermasalah di sekolah. Mulai dari suka bolos, tidak mengerjakan PR, suka isengin teman-temannya, melawan guru, dan masih banyak lagi. Menggunakan kesempatan yang baik sebagai persiapan untuk membantu Andi, saya menggali lebih dalam mengenai permasalahan Andi, kesadaran dan kesiapannya untuk keluar dari masalah ini. Dari semua informasi yang diberikan ibunya, diperkirakan bahwa Andi sudah cukup siap untuk menjalani hipnoterapi demi masa depannya yang lebih baik. Namun demikian, apakah Andi benar-benar sudah siap untuk terapi, perlu dicek lagi.
Usai konslutasi dengan ibu Melati, saya mengajak Andi untuk masuk ke ruang konseling dan terapi, sementara ibunya menunggu di ruang sebelah. Usai memperhatikan intake form yang sudah diisi, saya mulai mengajak Andi untuk berbincang-bincang mengenai masalah dan tujuan terapinya. “Mungkin ibu saya yang bermasalah, yang perlu dibantu. Saya tidak ada masalah, pak.” Betapa kagetnya saya mendengar jawaban Andi saat saya menanyakan apa yang bisa dibantu. Sebagai hipnoterapis yang mengedepankan client-centered, saya mesti siap dengan segala situasi dan kondisi batin, pikiran dan perasaan setiap klien yang kami hadapi. Setelah dicek, ternyata Andi belum mau menjalani sesi hipnoterapi, karena ibunya yang meminta Andi untuk terapi.
Atas respon yang jujur dari Andi, sesi terapi hari ini dibatalkan atau ditunda. Saya mengajak ibunya untuk mendiskusikan niat dan kemauan Andi untuk menjalani hipnoterapi. Saya menyampaikan dengan tegas bahwa untuk sesi terapinya harus ditunda atau dibatalkan karena Andi belum bersedia menjalaninya. Ternyata Andi belum merasa memiliki masalah, apalagi niat untuk mengatasinya. Ibu Melati akhirnya memahami apa yang saya jelaskan tentang syarat mutlak menjalani sesi hipnoterapi agar efektif hasilnya. Ibu Melati berjanji untuk menghubungi saya lagi kalau Andi sudah bersedia.
Niat dan kesadaran seseorang untuk menjalani sesi hipnoterapi benar-benar harus muncul dari dalam diri orang itu sendiri. Hal inilah yang sering kami sampaikan kepada setiap orang yang hendak menjalani sesi hipnoterapi. Salah satu syarat mutlak agar proses hipnoterapi berjalan dengan efektif dan membawa hasil yang optimal, seorang calon klien harus memastikan bahwa hipnoterapi yang hendak ia jalani adalah atas dorongan dari dalam dirinya sendiri. Atas inisiatif dan kemauan serta niat dari dirinya sendiri. Bukan karena kemauan orang lain, siapapun orangnya, termasuk orangtua atau atasan sekalipun.
Perihal niat dan kesadaran ini sangat penting karena proses kerja hipnoterapi itu berbeda dengan pengobatan medis. Saat seseorang sakit, ia minum obat dan hanya perlu istirahat, obat yang akan bekerja dengan sendirinya. Pasien tidak terlalu perlu meniatkan dan meningkatkan kesadaran yang tinggi agar cepat sembuh, meskipun tetap dibutuhkan. Berbeda dengan itu, proses hipnoterapi dibutuhkan niat, perhatian dan kesadaran dari subyek atau klien yang menjalaninya. Bahkan niat dan kesadaran itu sendiri merupakan bagian dari proses penyembuhan.
Sebelum menjalani sesi hipnoterapi, seorang calon klien perlu dan harus menyadari dan merumuskan masalahnya secara jelas dan spesifik. Bahkan ia harus menetapkan satu aspek khusus yang perlu diatasi. Kemampuan menentukan dan memetakan masalah yang hendak diatasi membutuhkan kesadaran yang lebih luas dan mendalam. Sadar bahwa masalah ini membawa penderitaan atau kerugian, sekurang-kurangnya bagi dirinya sendiri. Sadar juga akan tujuan yang dicapai, yaitu kesembuhan, kesehatan dan kebahagiaan. Itu berarti juga sekaligus sadar akan upaya, cara atau metode yang harus ditempuh, salah satunya melalui hipnoterapi, untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi dan pikiran.
Dengan bekal niat dan kesadaran yang cukup dari dalam diri sendiri, klien mampu mengakui, menerima dan memahami masalah atau pikiran yang sedang dialami. Kesadaran ini menjadi kunci pembuka untuk mencapai kebebasan emosi dan pikiran, menggapai kesehatan dan kebahagiaan yang berkualitas. Cukup banyak orang yang menyangkal, menolak atau merepresi permasalahan emosi dan pikirannya sehingga hidup dalam kualitas kesehatan dan kebahagiaan hidup yang rendah.
Dengan bekal niat dan kesadaran yang cukup, seseorang dapat menjalani sesi hipnoterapi secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang optimal. Dengan demikian dambaan akan kehidupan yang sehat dan bahagia dapat terwujud melalui kesehatan emosi dan pikiran.