“Apa yang perlu saya siapkan sebelum bertemu bapak?” tanya seorang calon klien yang menghubungi saya untuk menjalani sesi hipnoterapi. Tampak sekilas, ini adalah sebuah pertanyaan biasa dan sederhana saja. Namun bila dicermati lebih dalam, ini sesungguhnya sebuah pertanyaan cerdas dan bermutu. Orang yang mengajukan pertanyaan tersebut sungguh-sungguh mau mendapatkan manfaat terbaik dari proses terapi yang akan dijalaninya.
Sayangnya dari pengalaman saya selama sepuluh tahun terakhir ini, baru sebagian calon klien yang mengajukan pertanyaan seperti ini. Mereka berusaha memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana mempersiapkan diri menjalani sesi hipnoterapi. Sebagiannya lagi tidak menyadari atau belum tahu pentingnya kesiapan diri sebelum menjalani sesi terapi. Untungnya dalam protokol kami, pada setiap sesi pertama, kepada klien dijelaskan secara lengkap bagaimana pentingnya kesiapan hati klien untuk menjalani hipnoterapi. Dengan kesiapan hati yang mantap, proses akan berjalan dengan lebih efektif dan hasilnya pun pasti lebih memuaskan.
Kurangnya persiapan diri, baik karena ketidaktahuan maupun karena kelalaian, akan berdampak kurang optimalnya hasil terapi yang akan dijalani. Calon klien yang datang karena terpaksa atau dibujuk orang lain, tidak tahu persis masalah dan emosi apa yang dialami dan dirasakan, tidak mengerti apa tujuan terapi, kurang percaya pada terapis dan tidak pasrah saat menjalani sesi terapi, tidak bersedia meluangkan waktu yang cukup, masih mencoba-coba menawar harga atau tarif yang telah ditetapkan, masih suka menganalisa dan mempertanyakan metode hipnoterapi, dan masih banyak lagi, merupakan deretan daftar ketidaksiapan menjalani sesi hipnoterapi.
Untuk itu, saya ingin memaparkan dan menegaskan beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh seorang calon klien sebelum menjalani sesi hipnoterapi. Berdasarkan riset literatur, pengalaman belajar, maupun terutama pengalaman praktek selama ini, syarat-syarat menjalani sesi terapi merupakan sesuatu yang mutlak dipenuhi, tanpa ditawar-tawar, demi mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dalam proses hipnoterapi. Syarat-syarat itu, antara lain sebagai berikut.
1. Klien datang atas keinginan atau kesadarannya sendiri.
Bukan atas rayuan, bujukan, desakan, paksaan, dan atau ancaman orang lain. Kesadaran dari dalam diri sendiri merupakan salah satu syarat utama yang sangat penting. Kesadaran dan kemauan dari dalam diri itu ibarat pintu hati yang digembok dari dalam dan untuk membukanya harus dilakukan dari dalam. Kesadaran dan kemauan untuk menjalani sesi hipnoterapi secara sukarela dan senang hati sudah merupakan bagian dari proses terapi secara utuh menuju kesembuhan atau jalan keluar dari masalah.
Cukup banyak kasus terutama klien anak-anak yang datang bersama orangtua ke ruang praktek saya dalam kondisi belum siap. Bahkan beberapa anak belum tahu kalau mereka diajak ke hipnoterapis. Saat saya tanya tujuan kedatangannya, mereka bahkan belum tahu untuk apa datang ke sini. “Tadi, kata papa, mau diajak jalan-jalan ke rumah temannya,” jawab seorang klien anak dengan lugunya pada suatu kesempatan.
Dalam kondisi mental yang kurang siap proses terapi menjadi kurang lancar dan mantap. Waktu untuk konseling pun menjadi lebih lama. Perasaan hati yang belum siap biasanya membuat proses selanjutnya menjadi tersendat-sendat, bahkan bisa gagal.
2. Klien harus mengungkapkan secara jelas aspek apa yang ingin diatasi dengan hipnoterapi.
Hal ini berkaitan dengan kesadaran klien akan masalahnya. Klien harus sungguh-sungguh menyadari masalah yang dialaminya dan mengungkapkan secara detail dan jelas, aspek apa yang mau dibantu diatasi.
Masih ada orang berpikir kalau seorang hipnoterapis itu seperti dukun peramal. Orang tidak mengungkapkan masalahnya secara lengkap dan detail tetapi berharap hipnoterapisnya sudah mengetahui seluruh permasalahannya. Ini tentu sebuah pandangan yang sangat keliru. Klien perlu mengungkapkan masalahnya secara rinci agar hipnoterapi dapat membantunya dengan lebih maksimal.
Agar efektif, dalam satu sesi hipnoterapi hanya satu aspek saja yang dibereskan. Misalnya seorang klien mengeluh soal rasa takut. ‘Merasa takut’ ini masih terlalu umum. Harus dijelaskan lebih lengkap, takut terhadap apa atau siapa? Aspeknya menjadi jelas untuk ditangani kalau misalnya takut kecoa, atau takut sendirian di tempat gelap, atau takut kalau bertemu orang baru, dan sebagainya. Juga perlu disadari bahwa dalam satu sesi terapi hanya ditangani satu aspek saja, bukan borongan, agar hasilnya benar-benar efektif. Untuk itu klien perlu menetapkan dengan hati-hati dan jelas aspek apa yang paling utama dan penting untuk dibereskan terlebih dahulu dalam sesi hipoterapi yang akan dijalaninya saat itu.
3. Klien mengijinkan dirinya untuk diterapi.
Seseorang yang memutuskan untuk menjalani sesi hipnoterapi, bahkan sudah berada di dalam ruang terapi belum tentu sudah siap untuk diterapi. Kalau pun secara sadar ia menyatakan sudah siap, pikiran bawah sadarnya belum tentu mengijinkan klien untuk diterapi. Bisa jadi masih ada ganjalan di hati, ada rasa takut yang masih tersisa, atau kondisi lain yang membuat klien belum sepenuhnya siap seratus persen untuk diterapi.
Untuk itu klien perlu menyadari untuk sungguh-sungguh menyiapkan diri, termasuk mengijinkan dirinya untuk diterapi. Mengijinkan diri berarti klien menyatakan diri secara utuh baik secara pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar, baik pernyataan lisan maupun dalam hati atau membatin, sepenuhnya untuk mau menjalani sesi hipnoterapi.
Perlu disadari bahwa kondisi hipnosis yang dialami seseorang itu pada prinsipnya adalah self-hypnosis. Artinya untuk masuk ke dalam kondisi pikiran yang fokus dan rileks sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh orang itu sendiri. Demikian pula dengan terapi, orang itu sendirilah yang menyembuhkan diri sendiri. Tugas hipnoterapis hanya membantu karena ia memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang hipnosis dan hipnoterapi.
4. Harus ada niat sungguh-sungguh dari diri sendiri untuk berubah atau keluar dari masalah.
Niat untuk menjalani sesi hipnoterapi belum cukup untuk mencapai tujuan akhir proses terapi. Niat itu harus diperkuat pula oleh niat penting lainnya yaitu niat untuk berubah atau keluar dari masalahnya.
Cukup banyak orang yang mengalami masalah emosi dan pikiran, namun mereka sepertinya enggan untuk mengatasi masalahnya dan membiarkan untuk terus dialami. Hal itu disebabkan karena mereka merasa nyaman dengan kondisi yang dialami. Sesuai salah satu sifat pikiran, orang akan merasa betah berada dalam suatu kondisi tertentu walaupun itu bermasalah selama kondisi itu merupakan zona nyamannya atau yang dikenal dengan istlah comfort zone.
Bahkan orang akan tetap bertahan dalam masalahnya kalau hal itu membawa keuntungan bagi dirinya. Misalnya seseorang terus-menerus mengeluh mengenai migraine yang dialaminya. Namun dalam batinnya ia sengaja tidak berusaha mencari solusinya, karena dengan keluhan-keluhannya itu ia mendapat perhatian dari orang-orang terdekatnya. Sadar atau tidak sadar, hal itu dirasa membawa keuntungan bagi dirinya, mendapatkan perhatian. Istilah yang dipakai untuk ini adalah secondary gain.
Itulah sebabnya dibutuhkan niat dan kemauan yang sungguh-sungguh berlandaskan kesadaran personal dari calon klien. Dengan demikian jalan meraih impian tentang kehidupan yang lebih nyaman dan bahagia lebih mudah diraih.
5. Klien percaya sepenuhnya pada terapis.
Syarat utama lainnya yang sangat penting adalah percaya kepada terapis. Terapis yang dipilih adalah orang yang kepadanya calon klien akan menceritakan masalahnya. Dalam mengungkapkan masalah yang dialami, seseorang perlu bersikap terbuka. Ia harus mau dan bersedia secara sukarela menceritakan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan masalahnya.
Bisa jadi di antara peristiwa yang dialami calon klien, ada yang bersifat sangat rahasia. Belum pernah ia ceritakan kepada siapapun, termasuk kepada orang-orang yang paling dekat dengan dirinya. Namun dalam rangka terapi, dan demi kesembuhannya sendiri, ia harus berani untuk mengungkap apa yang dialaminya meskipun itu sangat rahasia. Karena mengungkapkan peristiwa yang menimpa dalam proses terapi termasuk bagian yang butuh dari keseluruhan cara untuk mencapai kesembuhan itu sendiri.
Untuk mengungkapkan hal yang paling disembunyikan, orang membutuhkan orang lain yang sungguh-sungguh dipercaya. Oleh karena itu, ketika memilih seorang terapis, dibutuhkan kecermatan untuk menentukan apakah figur yang dipilih dapat dipercaya. Kalau belum bertemu atau mengenal terapisnya, cara paling sederhana adalah membaca profilnya atau menelusuri rekam jejaknya melalui internet.
Dan tentu saja saat bertemu, klien dapat meningkatkan rasa percaya itu setelah mengobrol dengan terapisnya. Melalui postur tubuh, gaya bicara, komunikasi yang terbangun, dan lain-lain klien dapat meningkatkan rasa percaya kepada terapisnya secara optimal. Dengan begitu, manfaat terapeutik konseling dan terapi dapat diraih oleh klien secara lebih powerful.
6. Ikhlas, pasrah, dan tidak menganalisa.
Dengan sikap saling percaya yang terjalin dengan baik antara klien dan terapis, diharapkan klien menjalani proses terapi dengan ikhlas, pasrah dan tidak menganalisa, terutama saat relaksasi. Bila klien masih belum ikhlas dan pasrah, apalagi masih suka menganalisa, sama saja dengan memasang tembok tebal antara klien dan terapis. Proses bisa jadi macet, atau tersendat-sendat.
Dalam protokol kami, menurut standar Adi W Gunawan Institut, pada tahap qualifying atau konseling, semua hal terkait pemahaman dan proses hipnoterapi dijelaskan secara lengkap dan detail. Juga termasuk hal-hal yang ditanyakan atau ditakutkan oleh klien dikupas secara tuntas. Tujuannya supaya pada tahap induksi, terapis membimbing klien masuk ke dalam kondisi relaksasi yang sangat dalam, klien tak perlu bertanya-tanya lagi. Klien tak perlu memikirkan lagi bagaimana prosesnya, dan apa yang harus dilakukan. Diharapkan klien bersikap pasrah total, ikhlas dan lepas-bebas, serta tidak menganalisa proses terapinya. Dengan demikian yang aktif adalah pikiran bawah sadarnya. Hanya dalam mode pikiran bawah sadar seperti ini proses perubahan menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih stabil.
7. Menjalankan bimbingan terapis dengan sungguh-sungguh
Sikap patuh pada bimbingan terapis merupakan syarat penting lainnya yang tidak dapat ditawar. Dalam proses terapi, ketika terapis membimbing klien menuju ke pikiran bawah sadar untuk menggali, menemukan dan mengatasi masalahnya diharapkan klien mengikuti arahan terapis. Terapis yang telah dibekali dengan pendidikan dan pelatihan yang sangat memadai, tentu memiliki cara, teknik dan metode yang tepat, terukur dan efektif. Tugas terapis adalah membantu klien dengan pengetahuan dan keterampilannya itu sebaik dan seefektif mungkin.
Sementara itu klien yang memiliki masalah dan sekaligus sumber daya untuk solusi yang ada di pikiran bawah sadar perlu mengikuti arahan, bimbingan, sugesti dan saran yang disampaikan oleh terapis. Sebenarnya klien melakukan upaya untuk mengatasi masalahnya sendiri atas niat dan kemauannya sendiri. Tetapi ia tidak tahu cara, teknik dan metodenya. Itulah sebabnya ia perlu mengikuti dengan sungguh-sungguh bimbingan terapis sehingga proses penggalian akar masalah dan resolusi dapat dilakukan dengan baik.
8. Komit menjalani hingga maksimal empat sesi konsultasi dan atau terapi.
Calon perlu memiliki komitmen yang kuat untuk menjalani sesi hipnoterapi. Komitmen awal adalah untuk dua sesi. Satu sesi berlangsung selama dua jam. Bila masih dibutuhkan terapi bisa dilanjutkan hingga empat sesi. Pada sesi pertama, bila terapis menilai klien siap, maka bisa langsung dilakukan terapi. Namun bila terapis menilai klien belum siap maka hanya akan dilakukan konsultasi atau konseling.
Masih ada beberapa orangg yang berpikir atau menginginkan masalahnya harus selesai dalam satu sesi terapi. Mereka mengharapkan proses penyembuhan yang instant. Padahal masalah yang dialami itu biasanya sudah berlangsung beberapa tahun, bahkan ada yang puluhan tahun. Belum lagi peristiwa atau kejadian yang menyebabkan masalahnya pun terjadi berulang-ulang, rumit dan telah menimbulkan intensitas emosi yang tinggi.
Selain itu masih banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor itu di antaranya kesadaran, dinamika pikiran, pengetahuan dan pengalaman, sifat kejadian atau peristiwa yang menyebabkan masalah, kompleksitas permasalahan yang dialami, dan masih banyak lagi. Semua faktor itu, sebagian atau keseluruhan, turut mempengaruhi proses terapinya. Ibarat mengurai benang kusut, dibutuhkan kecermatan, kesadaran dan ketelitian. Itulah sebabnya dibutuhkan waktu yang cukup agar permasalahannya dapat diatasi dengan lebih maksimal. Jadi calon klien perlu berkomitmen untuk menjalani hipnoterapi sampai empat sesi untuk setiap aspek masalahnya.
Itulah beberapa syarat penting dan mendasar yang harus terpenuhi agar proses terapi berlangsung lebih efektif dan hasil terapinya pun lebih optimal. Sebenarnya masih ada beberapa persyaratan lain yang belum diuraikan dalam tulisan ini, di antaranya motivasi, ekspektasi, kondisi kesehatan fisik, komunikasi, belief tentang perubahan, dan lain-lain. Tetapi hal-hal biasanya mudah terdeteksi dan dapat diatasi sebelum proses terapi dilakukan.
Dengan informasi ini, kami berharap setiap calon klien yang menghubungi kami atau rekan-rekan sejawat lainnya, sudah membaca, memahami dan terutama memenuhi persyaratan yang ada sehingga dapat menjalani sesi hipnoterapi dengan jauh lebih efektif. Dengan demikian hasil yang dicapai pun menjadi jauh lebih optimal.